Setelah membaca buku Dilan bagian dua sampai habis, saya teringat dengan perkataan Sudjiwo Tejo
“Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kita bisa berencana menikahi siapa tp tak dapat kita rencanakan cinta kita tuk siapa.. Nasib bisa diperjuangkan tapi takdir tidak bisa ditolak.”
Takdir telah membuat Milea dan Dilan Saling mencintai, tapi nasib berkata lain. keduanya berpisah dan menikah dengan pasangan masing-masing. Perih, lebih perih dari shampoo yang masuk ke mata ketika mandi.
Pidi Baiq sedang curcol melalui novel ini, betapa dia cinta pada Milea Adnan Husein. Tapi seperti biasa, Pidi Baiq selalu punya cara untuk menyampai perasaan dan pikirannya dengan cara yeng berbeda. Dia lempar batu sembunyi tangan, menjadikan benak Milea sebagai sudut pandang cerita. Seolah kisah ini tentang orang lain, padahal novel ini curahan kenangan masa lalu Pidi.
Cerita di novel Dilan bagian kedua tidak seajaib yang pertama (pendapat pribadi saya). Cerita tentang Dilan hanya sedikit. Selebihnya cerita tentang tokoh-tokoh lain yang ada di kehidupan Milea.
Cinta itu tidak adil, banyak orang yang baik kepada Milea, tapi hati Milea tetap cenderung pada Dilan. Padahal Dilan banyak kekurangan, ya namanya manusia. Ini semakin menguatkan pendapat saya kalau cinta itu bukan karena, tapi walaupun
walaupun Dilan anak geng motor
walaupun Dilan suka berantem
walaupun Dilan sudah punya pacar baru
walaupun Dilan Sudah jauh entah di mana
Cinta Milea hanya untuk Dilan
Begitulah kejamnya takdir cinta. Ketika kita berpisah dengan orang yang kita cintai, suara Adele terdengar sayup-sayup
Why don’t you remember?
Don’t you remember?
The reason you loved me before,
Baby, please remember me once more
Review by Aulia Rahman
Reviews
There are no reviews yet.